Kamis, 29 Juni 2017

FILSAFAT DIBALIK TEMBANG MACAPAT


Masa kanak-kanak dan masa remaja adalah masa pembentukan jadi diri, dan penulis merasa beruntung bahwa sedari kecil telah diperkenalkan dan diajarkan tentang falsafah-falsafah serta khazanah-khazanah kearifan yang terkandung didalam budaya dan tradisi, terutama budaya Jawa seperti wayang, ketoprak maupun tembang-tembang macapatan. 

Ditengah-tengah gempuran budaya-budaya asing, baik dari Barat maupun dari Timur Tengah yang terus berupaya menggerus warisan budaya dan tradisi bangsa kita.Budaya barat yang Hedonis dan Liberalis kita sebut sebagai budaya Arus Kiri, sedangkan budaya Timur Tengah yang Primordialis dan anti perbedaan (Unegaliter) kita namai sebagai budaya Arus Kanan.Budaya barat mendominasi didunia entertainment kita mengubah wajah hiburan kita menjadi hingar bingar gemerlap dengan hedonisme merusak sendi-sendi kesantunan dan etika budaya bangsa kita. Budaya Timur Tengah muncul di mimbar-mimbar dakwah, menawarkan slogan-slogan kekerasan yang anti pada perbedaan, anti pada budaya dan tradisi negeri sendiri, dimana tradisi-tradisi budaya warisan nenek moyang dianggab sebagai bid’ah yang harus dimusnahkan.Setiap ada perbedaan maka mereka akan turun kejalan-jalan sambil membawa Pentungan. 


Dalam upaya untuk nguri-nguri tradisi bangsa sendiri, karena menurut pemahaman penulis tradisi-tradisi yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa kita itu menawarkan kearifan yang lebih cocok bagi kepribadian bangsa kita. Salah satu budaya yang masih terekam begitu indah di kalbu penulis adalah tembang-tembang macapatan. Dahulu sewaktu penulis masih anak-anak, almarhum bapak saya seringkali menembangkan tembang-tembang macapat menjelang tidur malam.Tembang-tembang itu terasa begitu syahdu, datar namun sarat makna. 

Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengajak kita semua untuk sekedar menyelami makna yang terkandung didalam tembang-tembang macapat tersebut. 

Macapat merupakan tembang klasik asli Jawa, dan pertama kali muncul adalah pada awal jaman para Wali Songo, dimana para wali pada saat itu mencoba berdakwah dan mengenalkan Islam melalui budaya dan diantaranya adalah tembang-tembang macapatan ini.Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Derajat serta Sunan Kudus adalah kreator awal munculnya tembang-tembang macapat. Apabila diperhatikan dari asal-usul bahasanya(kerata basa), macapat berarti maca papat-papat(membaca empat-empat). 

Kalau berdasarkan jenis dan urutannya tembang macapat ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup manusia, tahap-tahap kehidupan manusia dari mulai alam ruh sampai dengan meninggalnya. 

Sebagaimana dalam Al-qur’an disebutkan: “Latarkabunna Thobaqon An Thobaq”, “Sungguh kamu akan menjalani fase demi fase kehidupan” 

Berikut ini penulis rangkaikan urut-urutan dari jenis tembang macapat: 

1. Maskumambang 
Adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim/ gua garba ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”. 

Senin, 12 Juni 2017

Sungai Mudal Kulon Progo


Jika hari libur tiba tentu sebagian besar orang mempunyai rencana untuk mengisi waktu luang tersebut dengan berkegiatan.
Berlibur ke lokasi wisata dapat menjadi cara bagi kebanyakan orang untuk mengisi waktu luang dan menghabiskannya bersama keluarga atau orang-orang terdekat.
Beragam tempat wisata menawarkan beragam keindahan dan keunikannya masing-masing.
Salah satu tempat yang cocok anda kunjungi bersama keluarga saat liburan tiba yaitu ekowisata Taman Sungai Mudal.
Terletak di daerah Banyuganti, Jatimulyo, Girimulyo Kulonprogo, Taman sungai Mudal menjadi salah satu primadona wisata alam di antara banyaknya kawasan wisata di Kulonprogo.
Menurut Anom salah seorang pengelola di taman sungai Mudal, tempat wisata tersebut tercipta karena ada gerakan rutin dari masyarakat desa untuk bergotong royong membersihkan sungai sekitar.

Jumat, 09 Juni 2017

Air Terjun Kedung Pedut


Salah satu tempat wisata alam yang layak Anda kunjungi ketika berada di Kulonprogo adalah air terjun Kedung Pedut.
Air terjun yang terletak di Dusun Kembang, Jatimulyo, Girimulyo, Kulonprogo tersebut, mulai dibuka sebaga tempat wisata pada tahun 2015.
"Setelah kerja bakti masyarakat sekitar selama hampir 3 bulan, pada tanggal 15 Januari 2015 lalu Kedung Pedut mulai dibuka sebagai kawasan wisata," papar Yuhono selaku Kepala Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Kedung Pedut. Ia menambahkan bahwa, sebenarnya air terjun tersebut sudah ada sejak zaman dahulu.
"Dulunya kawasan Kedung Pedut ini digunakan warga sekitar untuk perjalanan menuju ke ladang," tambah Yuhono.
Lalu dengan kerjasama masyarakat sekitar, mereka mulai mengelola tempat tersebut dan digunakan sebagai tempat wisata.
Kesadaran masyarakat akan potensi wisata di desa mereka menjadikan Air terjun Kedung Pedut tersebut dapat dikenal oleh masyarakat luas.
"Pengunjung yang datang ketempat ini, sudah mulai banyak dari berbagai daerah, hingga dari luar kota. Jika musim liburan, rata-rata per hari bisa mencapai hingga 400 pengunjung", ungkap Yuhono
Menurut Yuhono ketinggian Air terjun Kedung Pedut ini mencapai 25 meter. Ia juga mengatakan bahwa dahulu kedalaman Kedung Pedut ini dapat Mencapai 2 hingga 3 meter.
"Sebenarnya dulu kedalaman Kedung Pedut ini mencapai 2 hingga 3 meter, namun karena alasan keamanan para pengunjung, pengelola menutupnya dengan pasir, sehingga sekarang Kedung ini sudah tidak terlalu dalam dan aman bagi anak-anak untuk bermain-main.


Untuk sampai ke lokasi Air terjun Kedung Pedut, Anda harus berjalan sejauh 300 meter, dari tempat parkir kendaraan.
Dalam perjalanan itu, anda akan melewati jalan setapak dengan akses jalan yang sudah sangat mudah.
Walau begitu jalanan menurun dan mendaki yang sesekali berbatu harus Anda lewati.
Jembatan-jembatan bambu yang dibuat, berdiri kokoh membentang di ketinggian.
Jembatan tersebut nampak artistik dan memudahkan Anda dalam perjalanan hingga sampai di lokasi. Sesampainya di lokasi Air terjun Kedung Pedut, buih percikan air yang terbawa air, akan menyegarkan Anda kembali setelah lelah berjalan kaki melewati jalan setapak yang berliku.
Rindangnya pepohonan dan sejuknya udara di lereng perbukitan, menjadikan air terjun Kedung Pedut sangat nyaman dan nampak asri.
Suara kicauan burung di pepohonan hutan sekitar, menambah suasana disekitar menjadi semakin asri dan alami.
Di dekat Air Terjun Kedung Pedut ini, terdapat sebuah Kolam Alami yang menjadi tempat favorit juga bagi para pengunjung untuk bermain-main air dan berenang.
Kesegaran air di Kedung Pedut ini menjadi daya tarik para pengunjung untuk mebasahi diri dengan berenang atau sekedar bermain-main di bawah aliran air terjun Kedung Pedut.
Aliran sungai yang jernih, membiaskan cahaya matahari pagi melalui buih-buih percikan air terjun yang terbawa air.
Menurut Yuhono Air Terjun tersebut akan tampak lebih indah dengan aliran air yang deras, setelah hujan di malam harinya.
Bukan hanya keindahan serta suasana alam yang menawan yang bisa Anda nikmati di tempat tersebut.


Wahana lain yang menantang adrenalinpun juga bisa anda coba di tempat ini.
Jika ingin memacu adrenalin anda cobalah anda bermain flying fox, rapling menuruni tebing, sliding dengan papan seluncur hingga susur sungai sejauh 2 Km.
Bagi anda yang gemar berfoto diri, di tempat tersebut juga menyediakan lapak foto. Lapak Foto tersebut akan memotret Anda dengan latar belakang panorama alam menawan di ketinggian.
Biaya Parkir di kedung pedut ini rata-rata hampir sama dengan tempat-tempat wisata lainnya, yaitu Rp3.000 untuk kendaraan roda dua, dan Rp10.000 untuk kendaraan roda empat.
Sedangkan tiket masuk menuju ke lokasi Air terjun Kedung Pedut yaitu sebesar Rp6.000 per orang.
Untuk menuju ke lokasi wisata ini, bila dari arah Kota Yogyakarta Anda bisa melalu Jalan Godean menuju Kulonprogo.
Sesampainya Kulonprogo, anda akan melalui perempatan Kenteng. Dari situ Anda tinggal mengikuti jalan utama berkelok di perbukitan dan dengan papan penunjuk jalan, Anda dengan mudah akan sampai di lokasi wisata Kedung Pedut.

sumber: tribunnews