Jumat, 29 April 2011

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA BANK BRI MENGGUNAKAN FMADM

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Permasalahan

Disetiap lembaga pendidikan khususnya universitas banyak sekali beasiswa yang ditawarkan kepada mahasiswa yang berprestasi dan yang kurang mampu. Ada beasiswa yang dari lembaga milik nasional maupun swasta. Bank BRI adalah salah satu contoh lembaga nasioanl yang mengelar program beasiwa setiap tahun bagi mahasiswa yang kurang mampu dan mahasiswa berprestasi. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut maka harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan dalam studi kasus ini adalah nilai indeks prestasi akademik, penghasilan orang tua, jumlah saudara kandung, jumlah tanggungan orang tua, semester,usia dan lain-lain. Oleh sebab itu tidak semua yang mendaftarkan diri sebagai calon penerima beasiswa tersebut akan diterima, hanya yang memenuhi kriteria-kriteria saja yang akan memperoleh beasiswa tersebut. Oleh karena jumlah peserta yang mengajukan beasiswa banyak serta indikator kriteria yang banyak juga, maka perlu dibangun sebuah sistem pendukung keputusan yang akan membantu penentuan siapa yang berhak untuk mendapatkan beasiswa tersebut
Model yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini adalah Fuzzy Multiple ttribute Decision Making (FMADM).
 Metode SAW ini dipilih karena metode ini menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif, dalam hal ini alternatif yang dimaksud adalah yang berhak menerima beasiswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan Dengan metode perangkingan tersebut, diharapkan penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot yang sudah ditentukan sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih akurat terhadap siapa yang akan menerima beasiswa tersebut.

Kamis, 21 April 2011

AKSARA JAWA

Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa Sunda) adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Madura[rujukan?], bahasa Melayu[rujukan?] (Pasar), bahasa Sunda[1], bahasa Bali[rujukan?], dan bahasa Sasak[1].

Bentuk hanacaraka yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.


Penggunaan (pengejaan) hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari ("Ketetapan Sriwedari"), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan "Ronggawarsita" (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi "Ranggawarsita", mengurangi penggunaan taling-tarung.

Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga gubernur (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.

Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan).

Aksara hanacaraka masih diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah berbahasa Jawa sampai sekarang [2] (Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta), sebagai bagian dari muatan lokal dari kelas 3 hingga kelas 5 SD.[3] Walaupun demikian, penggunaannya dalam surat-surat resmi/penting, surat kabar, televisi, media luar ruang, dan sebagainya sangatlah terbatas dan terdesak oleh penggunaan alfabet Latin yang lebih mudah diakses. Beberapa surat kabar dan majalah lokal memiliki kolom menggunakan aksara Jawa. Penguasaan aksara ini dianggap penting untuk mempelajari naskah-naskah lama, tetapi tidak terlihat usaha untuk menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. Usaha-usaha revivalisasi bersifat simbolik dan tidak fungsional, seperti pada penulisan nama jalan atau kampung. Salah satu penghambatnya adalah tidak adanya usaha ke arah pengembangan ortografi/tipografi aksara ini.

Huruf pasangan (Aksara pasangan)

Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).

Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.





Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan)

Senin, 18 April 2011

Quick Sort Dengan C++

#include
#include
#include
#define n 8

class quick{
   static int data[n];
 public:
   void tukar(int a,int b);
   void QuickSort(int l, int r);
   void tampil();
};

void main(){
  quick x;
  cout<
  x.tampil();
  x.QuickSort(0,n-1);
  cout<
  x.tampil();
  getch();
}

int quick::data[n]={7,4,98,9,2,1,17,20};

void quick::tukar(int a,int b){
  int t;
  t=data[b];
  data [b]=data[a];
  data[a]=t;
}

void quick::QuickSort(int l,int r){
  int i,j,mid;
  i=l;  j=r;
  mid=data[(l+r)/2];
  do{
    while(data[i]
         while(data[j]>mid)j--;
               if(i<=j){
                       tukar(i,j);
                               i++;j--;
               }
  }while(i
  if(l
  if(i
}

void quick::tampil(){
        for(int j=0;j
        cout<
}

Contoh Pemrograman Insertion Sort Dengan C++

#include
#include

class sisip{
  static int A[10];
public:
  void pengurutan_sisip();
  void tampil();
};

int sisip::A[10]={54,23,12,56,78,50,12,89,10,12};

void sisip::pengurutan_sisip()
{
  int i,j,y;
  bool ketemu;
  for(i=1;i<=9;i++)
  {
     y=A[i];
     j=i-1;
     ketemu=false;

     while((j>=0)&&(!ketemu))
     {
        if(y
        {
          A[j+1]=A[j];
          j--;
        }
        else ketemu=true;
     }A[j+1]=y;
  }

}

void sisip::tampil(){
    for(int a=0;a<10 a="" o:p="">
    {
       cout<
    }
    cout<
}

void main()
{
    sisip x;
    cout<<"PENGURUTAN SISIP"<
    cout<<"Sebelum diurut : "<
    x.tampil();
    x.pengurutan_sisip();
    cout<<"Setelah diurut : "<
    x.tampil();
    getch();
}
�/e"�6� �� cm 0cm 0pt 1cm;">for (i=0;i

{
   printf("Bilangan ke %d : ",i+1);
   scanf("%d",&A[i]);
}
printf("\n");
  
// mengurutkan data
  
bubble(jml);

// menampilkan data
  
printf("Data yang sudah terurut : \n");
for (i=0;i
{
   printf("%d\n",A[i]);
}
}

// fungsi bubble

int bubble(int n)
{
int temp;
for (i=1;i<=n-1;i++)
{
   for (j=i;j
   {
               if (A[i-1]
               {
                           temp = A[i-1];
                           A[i-1] = A[j];
                           A[j] = temp;
               }
   }
}
}

Contoh Pemrograman Selection Sort Dengan C++

  1. Seleksi minimum
#include
#include
 
class seleksi{
static int A[10];
public:
void seleksi_maksimum();
void tampil();
};
 
int seleksi::A[10]={54,23,12,56,78,50,12,89,10,12};
 
void seleksi::tampil(){
   for(int a=0;a<10;a++) cout<<A[a]<<" ";
   cout<<endl<<endl;
}
 
void seleksi::seleksi_maksimum(){
int i,j,imax,temp;
for(i=10;i>=0;i--){
               imax=i;
               for(j=i-1;j>=0;j--){
                               if(A[j]>A[imax]){
                                      imax=j;
                               }
               }
               temp=A[i];
               A[i]=A[imax];
               A[imax]=temp;
        }
}
 
main(){
cout<<"SELEKSI MAKSIMUM"<<endl<<endl;
      seleksi x;
        cout<<"Sebelum diurut : "<<endl<<"A = ";
      x.tampil();
        x.seleksi_maksimum();
        cout<<"Setelah diurut : "<<endl<<"A = ";
      x.tampil();
        getch();
}

  1. seleksi maksimum

#include
#include
#include

class seleksi{
static int bil[8];
public :
void seleksi_minimum();
void tampil();
};

int seleksi::bil[8]={5,34,32,25,75,42,22,2};

void seleksi::tampil(){
  for( int a=0;a<8 a="" bil="" cout="" o:p="" setw="">
  cout<
}

void seleksi::seleksi_minimum(){
  int i,j,smallest,temp;
  for(i=0;i<8-1 i="" o:p="">
          smallest = i;
          for(j=i+1;j<8 j="" o:p="">
                if(bil[smallest]>bil[j]){
                              smallest=j;
         }
     }
     temp=bil[i];
     bil[i]=bil[smallest];
     bil[smallest]=temp;
  }
}

void main(){
  seleksi x;
  cout<<"Data sebelum diurutkan : ";
  x.tampil();
  x.seleksi_minimum();
  cout<<"Data setelah diurutkan : ";
  x.tampil();
  getch();

}

Contoh Pemgrograman Buble Sort Dengan C++

#include
#include
#include

class buble{
static int bil[4];
public:
void buble_sort();
void tampil();
};

int buble::bil[4]={6,3,8,2};

void buble::tampil(){
for(int i=0;i<4 i="" o:p="">
               cout<
    cout<
}

void buble::buble_sort(){
int temp;
for(int j=0;j<3 j="" o:p="">
               for(int k=0;k<3 k="" o:p="">
                               if (bil[k]>bil[k+1]){
                               temp=bil[k];
                               bil[k]=bil[k+1];
                               bil[k+1]=temp;
                               }
               }

}

void main(){
buble x;
cout<<"Data sebelum diurutkan : "<
x.tampil();
x.buble_sort();
cout<<"Data setelah diurutkan : "<
x.tampil();
getch();

}

Senin, 04 April 2011

Metoda Pengurutan Bubble Sort Dengan Bahasa C++

Jika kita memiliki empat buah angka yang ingin diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar (Ascending). Proses Bubble Sort akan membagi proses pengurutan menjadi beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pembandingan bilangan yang pertama dengan tiga bilangan yang lainnya. Apabila ditemukan bilangan yang lebih kecil daripada bilangan yang pertama tadi, maka bilangan tersebut akan ditukar tempatnya sehingga sekarang bilangan yang lebih kecil tersebut akan menempati posisi pertama. Proses pembandingan tersebut akan berlangsung tiga kali karena terdapat tiga bilangan yang lain. Pada akhir proses pembandingkan, maka pada posisi yang pertama akan didapatkan bilangan yang nilainya paling kecil.
Tahap kedua, bilangan yang terletak pada posisi pertama (setelah penukaran tadi) diabaikan, karena posisinya sudah benar. Jadi sekarang bilangan yang kedua akan dibandingkan dengan bilangan yang ketiga dan keempat, sehingga ada dua kali pembandingan. Apabila dalam proses pembandingan tersebut ditemukan bilangan yang nilainya lebih kecil daripada bilangan yang kedua, maka akan dilakukan tukar tempat, sehingga bilangan yang lebih kecil tersebut sekarang akan menempati posisi kedua.

Sabtu, 02 April 2011

Bekakak

Upacara Adat Saparan Gamping (Bekakak)

Alamat: Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman

Diselenggarakan setiap bulan Sapar pada hari Jumat yang mendekati tanggal 15 Sapar untuk mengenang kesetiaan Abdi Dalem Kraton Yogyakarta bernama Ki Wiro Suto. Puncak upacara berupa penyembelihan sepasang boneka pengantin (Bekakak) yang sebelumnya telah diarak keliling desa.Pada tahun 2006 ini kegiatan upacara adat akan dilaksanakan pada hari Jum'at, 17 Maret 2006.

makna nilai‑nilai luhur yang terkandung adalah jasa Ki Wirosuto,kesetiaan ritual dan pengorbanan. Untuk lebih jelasnya ikuti uraian dibawah ini.

a. Nilai luhur penghormatan kepada Ki Wirasuto beserta istrinya karena telah merelakan dirinya sebagai tumbal dari keganasan dan keangkeran dari Gunung Gamping dan penunggunya. Jasad Ki Wirosuto dan istrinya tidak diketemukan berarti bahwa pengorbanan itu sangat berarti bagi keselamatan para pengguna batu gamping sebagai bahan bangunan dari warga Ambarketawang dan sekitarnya.

b. Nilai luhur kesetiaan Ki Wirosuta dan istrinya sebagai abdi dalem penongsong merupakan suatu penghormatan bagi keluarga Ki Wirosuto. Dari kesetiaan tersebut ada perkenan dari Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono 1 untuk mengenang pengorbanan Ki Wirosuto dan istrinya beserta hewan peliharaannya diperingati sebagai awal pelaksanaan upacara Saparan Bekakak Ambaketawang.

c. Nilai luhur pengorbanan Ki Wirosuto dan istrinya beserta hewan peliharaannya menjadi tumbal, itu berarti merelakan dirinya untuk dijadikan pengorbanan dengan harapan bahwa masyarakat Ambarketawang dan sekitarnya serta warga yang memerlukan batu gamping sebagai bahan bangunan sudah tidak ada lagi korban yang diperlukan untuk tumbal. Masyarakat sudah merasa aman, karena kerelaan Ki Wirasuto dan istrinya beserta hewan peliharaannya dijadikan korban. Dawuh Sultan Hamengku Buwono I memperingati dan mengenang perjuangan Ki Wirasuto dengan perayaan upacara tradisional Saparan Bekakak Ambarketawang Gamping.

d. Tokoh upacara Bekakak, Hariyanto SH.
Adapun hal‑hal yang telah diwariskan yakni untuk mengenang jasa dan kesetiaan Ki Wirasuta sebagai abdi dalem Penangsang Sri Sultan Hamengku Buwono I.