Bukan soal LCD Versus
Plasma Semata
Perhatian kebanyakan orang
saat ini lebih tertuju pada televisi jenis LCD atau paling tidak TV plasma yang
memang sedang booming saat ini. Bisa dipastikan setiap toko elektronik modern
memajang kedua jenis televisi ini dengan berbagai merek dan model yang sangat variatif.
Kedua jenis layar itu
sekarang bahkan diposisikan berhadap-hadapan, mau memilih plasma atau LCD.
Sepintas, hampir tidak terlihat bedanya. Keduanya memang lebih diperuntukkan
bagi hiburan dalam rumah, terutama terkait dengan format televisi berdefinisi
tinggi (high-definition television/HDTV) yang sudah menjalar ke seluruh dunia.
Tujuan utamanya adalah
bagaimana bisa "memasukkan" layar bioskop ke dalam rumah, yaitu layar
semakin lebar dan tipis serta kualitas resolusinya mendekati kualitas film seluloid.
Memang, tidak semua orang membutuhkan bioskop di dalam rumah karena banyak
kondisi yang tidak menuntut kebutuhan itu.
Di Indonesia, konsumen
tidak selalu membutuhkan HDTV. Pasalnya, selain belum ada siaran HDTV, pemutar
film untuk HDTV masih mahal dan sangat sedikit film yang tersedia.
Bukanlah hal yang aneh
apabila televisi tabung sinar katode (CRT) masih merupakan jenis yang paling
diminati, terutama karena harganya yang paling rendah dibandingkan dengan jenis
yang lain. Harganya bukan hanya tertekan oleh kompetisi dari berbagai jenis
televisi atau monitor, tetapi juga hadirnya produk-produk murah dari China.
Televisi CRT memiliki
karakter layar dengan perbandingan 4:3, rasio ini sepertinya tidak berubah
sejak televisi diciptakan. Konsep home theater membawa perbandingan layar lebar
atau 16:9 sehingga tidak cocok ketika digunakan untuk menayangkan siaran
televisi konvensional seperti yang ada di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar