Selain teknologi layar TV menghadirkan layar datar LCD, juga
dikembangkan teknologi TV plasma. Awalnya saya berpikir itu hanya jenis lain
teknologi LCD, tapi teringat dengan cerita sains fiksi Star Trek di mana banyak
diperkenalkan kosakata plasma seperti pada warp drive atau torpedo plasma yang
terpasang berderet pada lambung kapal Enterprise –iya kapal, bukan pesawat!–
saya jadi berpikir –dan mencari-cari– lagi apa sebenarnya arti plasma dalam
ilmu fisika.
Kata plasma kita kenal sebagai istilah dalam ilmu hayati,
terdapat dalam darah sebagai cairan di antara sel-sel darah, atau pada makhluk
bersel tunggal sebagai cairan pengisi selnya. Lalu, apa artinya dalam ilmu
fisika? Mari kita mengenal bintang terdekat kita, yaitu matahari, sebagai
pengantar pemahaman yang lebih praktis, ilmiah dan alamiah, yang tentu lebih
sederhana untuk dicerna daripada bualan tentang TV plasma yang tak terbeli.
Kita mulakan langsung saja dari atmosfer matahari, yaitu korona, selubung matahari yang berisi kumpulan
gas yang terionisasi. Lapisan korona ini jauh lebih panas dari permukaan
matahari itu sendiri, penyebabnya masih diperdebatkan oleh para ilmuwan. Dari
permukaan korona ini muncul semburan-semburan yang disebut Solar flares. Semburan ini juga
menyebabkan ledakan yang kemudian disebut Coronal Mass Ejection
(CME).
Baik Solar flares maupun CME bergerak dengan kecepatan yang
sangat tinggi, sekitar satu juta km/jam. Angka ini mendekati kecepatan cahaya,
terjadi karena ledakan di atas dan membawa serta ion-ion Hidrogen, Helium dan
atom unsur lain yang lebih berat. Kumpulan ion-ion gas inilah yang disebut plasma. Seperti
halnya dalam larutan garam, kumpulan ion-ion tersebut –atau muatan plasma–
menjadi konduktif, dan sangat responsif terhadap medan elektromagnetik. Bisa
dikatakan korona matahari adalah gudangnya plasma, dan disemburkan tanpa henti
ke segala arah hingga batas tata surya (heliosfer).
Muatan plasma yang berkecepatan mendekati cahaya ini tentulah
berbahaya bagi kita, namun kenapa kita tidak merasakan peluru-peluru plasma
tersebut menghujam tubuh kita? Apakah atmosfer kita kuat menahan serangan
plasma dari matahari tersebut, sedangkan meteor saja yang kecepatannya jauh
lebih rendah dari cahaya ada yang tidak habis terbakar dan mendarat di bumi?
Dulu kala ilmuwan menggagas bahwa bumi ini adalah sebuah
magnet besar, dengan dua kutub magnetik utara dan selatan, selain kutub rotasi
sebagai sumbu bumi ini berputar menjadikan malam dan siang. Temuan-temuan
ilmiah terus berlanjut hingga pada pertengahan abad ke-20 digagaskan sebuah
konsep magnetosfer, sebuah
medan magnetik yang menyelubungi bumi di sebelah luar atmosfer. Magnetosfer
inilah yang melindungi kehidupan bumi dari serangan plasma matahari. Jarak
magnetosfer yang menghadap matahari kira-kira 70.000km dari inti bumi.
Kita mengenal ionosfer sebagai
lapisan terluar atmosfer bumi ini. Ionosfer inilah tempat terjadinya ionisasi
oleh magnetik bumi. Plasma yang terbentuk dari ionosfer ini menahan semburan
plasma matahari hingga terjadi badai plasma di wilayah yang disebut bow shock. Kejutan karena tumbukan muatan
plasma ini berhenti di magnetopause dan plasma matahari mengalir
seterusnya hingga ke batas tata surya. Bumi yang berputar, bergerak serta
tumbukan dan aliran plasma membuat magnetosfer tidak berbentuk bola, tapi
seperti kepala peluru pada bagian bumi yang menghadap matahari dan membuat medan
magnetik berbentuk ekor memanjang di bagian yang membelakangi matahari.
Fenomena seperti ini kita temukan juga dalam bentuk komet yang berekor.
Proses aliran di magnetopause ini belumlah selesai. Tentunya
anda mengenal garis medan magnet, begitu pula dengan magnet dipol bumi yang
berkutub utara dan selatan yang terus berputar. Di wilayah kutub ini terjadi
proses kedua yang disebut Magnetic reconnection.
Peristiwa inilah yang menampakkan fenomena Aurora kutub, yaitu
Aurora Borealis di kutub utara dan Aurora Australis di kutub selatan.
Jika magnetosfer melindungi bumi dari plasma matahari, maka
plasma matahari yang bergerak terus tersebut –sering disebut angin matahari– membentuk heliosfer yang melindungi tata surya
ini dari plasma dan energi kosmik dari luar sistem tata surya. Mungkin suatu
saat Voyager masih mampu memberi kabar ada apa
di sebelah luar tata surya ini dan memberikan gambaran yang lebih jelas
bagaimana tata surya ini dilihat dari luar heliosfer. Sangat rumit sekaligus
sempurna angkasa raya ini diciptakan dalam keteraturan. Subhanallah.
Fenomena plasma ini terjadi di mana-mana di antara benda-benda
langit, seperti medium di antara planet (interplanetary), medium di antara
sistem (interstellar) dan medium antar galaksi (intergalactic). Namun saat ini
wacana tersebut terlalu mengawang-awang bagi kita yang bukan ilmuwan, tapi juga
memberi keasikan tersendiri bagi anda yang suka dengan dunia sains fiksi Star Trek.
Kita lihat yang lebih dekat saja. Fenomena energi plasma
memberikan kejadian alam yang sering kita saksikan sebagai sesuatu yang
mengerikan, yaitu petir. Mengerikan
membayangkan energi listrik meledak di udara yang cukup dekat dengan kita,
manusia yang menapak tanah. Mengerikan membayangkan pesawat yang kita tumpangi
tersambar petir, meskipun masih aman karena pesawat dirancang menjadi sangkar
Faraday. Juga mengerikan saat melihat pohon kelapa hangus karena tersambar
petir. Imbas elektrik petir pun sangat berbahaya bagi peralatan mikroelektronik
dan bahkan suara ledakan petir pun sering ditakuti meskipun tidak membahayakan.
Apakah fenomena alam energi plasma berbentuk petir ini berguna
bagi kehidupan kita secara langsung? Entahlah, yang jelas tak ada profesi
pemburu petir. Dalam film fiksi “Van Helsing” Dracula menghimpun kekuatan petir
untuk menghidupkan vampire-vampire-nya, sedangkan dalam film komedi “Young
Einstein” Einstein, seorang manusia Australia –berwajah ilmuwan Albert
Einstein– yang menemukan metoda pengolahan bir di ladang gandumnya menghimpun
energi petir untuk gitar listriknya. Sungguh absurd, namun itulah kelucuan
dunia komedi.
Kita lihat yang lebih dekat lagi, yaitu propulsi mesin roket,
juga adalah bentuk artifisial energi plasma. Ah masih terlalu jauh! Yang lebih
dekat lagi, beberapa meter di atas kepala anda, yaitu lampu neon (meskipun bukan dibuat dari gas
Neon), juga adalah sebuah energi plasma yang dibuat manusia. Dan teknologi
mutakhir yang mulai diperkenalkan sebagai (simbol) perlengkapan rumah (mewah),
yaitu TV plasma.
Sesuai namanya, TV plasma merupakan teknologi TV layar datar
yang dihasilkan dari emisi cahaya fosfor yang dilepaskan dari energi plasma
buatan untuk setiap titik pixel-nya. TV plasma memberikan kelebihan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan layar datar LCD, yaitu emisi cahaya fosfor yang
mampu memberikan warna hitam sempurna (pure black), warna lainnya yang lebih
terang. warna yang lebih konsisten daripada LCD, rasio kontras yang lebih baik,
dan respon pergantian warna yang lebih cepat. Secara fisik TV plasma memberikan
kelebihan berupa ukuran layar lebih besar dengan ketebalan sekecil-kecilnya (slim).
Namun teknologi ini tentunya tak lepas dari kekurangan, meski teknologi LCD pun
terus ditingkatkan. Kekurangan yang utama adalah lebih mahal dari teknologi LCD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar