Kesatuan-kesatuan prajurit di Keraton Kasultanan Yogyakarta disebut bregada. Saat ini terdapat 10 bregada prajurit, yaitu : Prajurit Wirobrojo, Prajurit Dhaheng, Prajurit Patangpuluh, Prajurit Jogokaryo, Prajurit Prawirotomo, Prajurit Ketanggung, Prajurit Mantrijero, Prajurit Nyutro, Prajurit Bugis dan Prajurit Surokarso. Setiap bregada memiliki model dan corak busana khas berupa seragam yang selalu dikenakan dalam setiap upacara Garebeg atau acara resmi lainnya.
Prajurit Wirobrojo: Menggunakan seragam berbentuk sikepan, ikat pinggang dari kain satin dan celana panji yang semua berwarna merah, sepatu pantopel hitam dengan kaus kaki putih, sert topi berbentuk lombokan berwarna merah yang disebut Kudhup Turi. Senjata yang melengkapinya berupa senapan api dan tombak. Karena model seragamnya yang menyerupai lombok merah, Prajurit Wirobrojo juga disebut sebagai Prajurit Lombok Abang.
Prajurit Dhaheng: Ciri bregada ini adalah baju dan celana panjang putih dengan strip merah pada bagian dada dan samping celana, topi berbentuk mancungan berwarna hitam dengan hiasan bulu ayam warna merah putih. Senjata yang melengkapi Bregada Prajurit Dhaheng adalah senapan api dan tombak.
Prajurit Patangpuluh: Menggunakan seragam berbentuk sikepan dengan corak lurik khas Patangpuluh, celana pendek merah di luar celana panjang putih, rompi berwarna merah, sepatu lars hitam serta tutup kepala berbentuk songkok berwarna hitam. Bregada ini dipersenjatai dengan senapan api dan tombak.
Prajurit Jogokaryo: Ciri bregada ini adalah seragam berbentuk sikepan dan celana bercorak lurik khas Jogokaryo dengan rompi kuning emas, sepatu pantopel hitam dengan kaos kaki biru tua serta topi hitam bersayap. Bregada Prajurit Jogokaryo dilengkapi dengan senjata berupa senapan api dan tombak.
Prajurit Prawirotomo: Bregada ini menggunakan seragam berbentuk sikepan berwarna hitam serta celana pendek merah diluar celana panjang putih, sepatu lars hitam serta topi hitam berbentuk kerang. Senapan api adalah senjata utama yang melengkapi Prajurit Prawirotomo.
Prajurit Ketanggung: Para prajurit dalam bregada ini menggunakan seragam berbentuk sikepan dengan corak lurik khas Ketanggung serta celana pendek hitam diluar celana panjang putih, sepatu lars hitam dan topi berbentuk mancungan berwarna hitam yang dihiasi dengan bulu-bulu ayam. Bregada Prajurit Ketanggung dipersenjatai dengan senapan api dengan bayonet terhunus serta tombak.
Prajurit Mantrijero: Berseragam sikepan dan celana panji dengan corak lurik khas Mantrijero, sepatu model pantopel berwarna hitam dengan kaos kaki warna putih, serta topi berbentuk songkok berwarna hitam. Bregada ini dilengkapi dengan senjata berupa senapan api dan tombak.
Prajurit Nyutro: Bregada ini terbagi 2 kelompok dengan seragam yang berbeda. Kelompok pertama berseragam rompi dan celana panji berwarna hitam, kain kampuh biru tua dengan warna putih ditengahnya serta ikat kepala berbentuk udheng gilig berwarna hitam. Jika seragam kelompok pertama didominasi warna hitam, seragam kelompok kedua didominasi warna merah. Sejatinya prajurit ini tidak menggunakan alas kaki. Senjata yang melengkapinya berupa senapan api dan tombak berikut perisai atau tameng.
Prajurit Bugis: Seragam yang digunakan para Prajurit Bugis berupa baju berbentuk kurung dan celana panjang hitam, topi hitam dan dipersenjatai dengan tombak panjang.
Prajurit Surakarsa: Seragam berbentuk sikepan dan celana berwarna putih, kain sapit urang, dilengkapi ikat kepala serupa blangkon berwarna hitam dan sepatu serta kaus kaki berwarna hitam, dipersenjatai dengan tombak panjang.
Tiga kali dalam satu tahun pada bulan Syawal, bulan Besar dan bulan Maulud dalam penanggalan Jawa, bertepatan dengan hari-hari besar Islam, Keraton Kasultanan Yogyakarta menyelenggarakan upacara adat Garebeg, sebuah upacara ritual religius khas Kejawen yang sudah menjadi tradisi selama hampir tiga abad sejak Sultan Hamengku Buwono I bertahta.
Upacara adat Garebeg ditandai dengan munculnya sejumlah Gunungan yang dikirab dari dalam Keraton menuju Masjid Besar yang terletak di sebelah barat Alun-alun Keraton. Di halaman Masjid Besar, ribuan masyarakat rela berdesak-desakan untuk memperebutkan Gunungan yang diyakini akan memberikan berkah, keselamatan, dan kesejahteraan.
Daya tarik upacara Garebeg barangkali bukan semata-mata pada tampilnya Gunungan yang menjadi simbol sedekah raja kepada rakyatnya. Bagi sebagian dari ribuan masyarakat dan wisatawan yang begitu antusias menyaksikan, daya tarik istimewanya justru ada pada tampilnya kesatuan-kesatuan Prajurit Keraton yang selalu mengawal setiap prosesi dalam upacara Garebeg.
Setiap kesatuan prajurit tampil dengan seragam kebesaran yang khas, unik, dengan corak warna-warni. Mereka diperlengkapi dengan beragam jenis dan bentuk senjata, serta atribut militer masa lampau. Mereka berbaris rapi dengan langkah-langkah tegapPenampilan kesatuan-kesatuan prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta dalam setiap upacara Garebeg, menjadi daya tarik istimewa sekaligus menjadi simbol eksotika budaya dan pariwisata khas Yogyakarta.
#sumber fesyenesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar