Jumat, 09 Juni 2017

Air Terjun Kedung Pedut


Salah satu tempat wisata alam yang layak Anda kunjungi ketika berada di Kulonprogo adalah air terjun Kedung Pedut.
Air terjun yang terletak di Dusun Kembang, Jatimulyo, Girimulyo, Kulonprogo tersebut, mulai dibuka sebaga tempat wisata pada tahun 2015.
"Setelah kerja bakti masyarakat sekitar selama hampir 3 bulan, pada tanggal 15 Januari 2015 lalu Kedung Pedut mulai dibuka sebagai kawasan wisata," papar Yuhono selaku Kepala Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Kedung Pedut. Ia menambahkan bahwa, sebenarnya air terjun tersebut sudah ada sejak zaman dahulu.
"Dulunya kawasan Kedung Pedut ini digunakan warga sekitar untuk perjalanan menuju ke ladang," tambah Yuhono.
Lalu dengan kerjasama masyarakat sekitar, mereka mulai mengelola tempat tersebut dan digunakan sebagai tempat wisata.
Kesadaran masyarakat akan potensi wisata di desa mereka menjadikan Air terjun Kedung Pedut tersebut dapat dikenal oleh masyarakat luas.
"Pengunjung yang datang ketempat ini, sudah mulai banyak dari berbagai daerah, hingga dari luar kota. Jika musim liburan, rata-rata per hari bisa mencapai hingga 400 pengunjung", ungkap Yuhono
Menurut Yuhono ketinggian Air terjun Kedung Pedut ini mencapai 25 meter. Ia juga mengatakan bahwa dahulu kedalaman Kedung Pedut ini dapat Mencapai 2 hingga 3 meter.
"Sebenarnya dulu kedalaman Kedung Pedut ini mencapai 2 hingga 3 meter, namun karena alasan keamanan para pengunjung, pengelola menutupnya dengan pasir, sehingga sekarang Kedung ini sudah tidak terlalu dalam dan aman bagi anak-anak untuk bermain-main.


Untuk sampai ke lokasi Air terjun Kedung Pedut, Anda harus berjalan sejauh 300 meter, dari tempat parkir kendaraan.
Dalam perjalanan itu, anda akan melewati jalan setapak dengan akses jalan yang sudah sangat mudah.
Walau begitu jalanan menurun dan mendaki yang sesekali berbatu harus Anda lewati.
Jembatan-jembatan bambu yang dibuat, berdiri kokoh membentang di ketinggian.
Jembatan tersebut nampak artistik dan memudahkan Anda dalam perjalanan hingga sampai di lokasi. Sesampainya di lokasi Air terjun Kedung Pedut, buih percikan air yang terbawa air, akan menyegarkan Anda kembali setelah lelah berjalan kaki melewati jalan setapak yang berliku.
Rindangnya pepohonan dan sejuknya udara di lereng perbukitan, menjadikan air terjun Kedung Pedut sangat nyaman dan nampak asri.
Suara kicauan burung di pepohonan hutan sekitar, menambah suasana disekitar menjadi semakin asri dan alami.
Di dekat Air Terjun Kedung Pedut ini, terdapat sebuah Kolam Alami yang menjadi tempat favorit juga bagi para pengunjung untuk bermain-main air dan berenang.
Kesegaran air di Kedung Pedut ini menjadi daya tarik para pengunjung untuk mebasahi diri dengan berenang atau sekedar bermain-main di bawah aliran air terjun Kedung Pedut.
Aliran sungai yang jernih, membiaskan cahaya matahari pagi melalui buih-buih percikan air terjun yang terbawa air.
Menurut Yuhono Air Terjun tersebut akan tampak lebih indah dengan aliran air yang deras, setelah hujan di malam harinya.
Bukan hanya keindahan serta suasana alam yang menawan yang bisa Anda nikmati di tempat tersebut.


Wahana lain yang menantang adrenalinpun juga bisa anda coba di tempat ini.
Jika ingin memacu adrenalin anda cobalah anda bermain flying fox, rapling menuruni tebing, sliding dengan papan seluncur hingga susur sungai sejauh 2 Km.
Bagi anda yang gemar berfoto diri, di tempat tersebut juga menyediakan lapak foto. Lapak Foto tersebut akan memotret Anda dengan latar belakang panorama alam menawan di ketinggian.
Biaya Parkir di kedung pedut ini rata-rata hampir sama dengan tempat-tempat wisata lainnya, yaitu Rp3.000 untuk kendaraan roda dua, dan Rp10.000 untuk kendaraan roda empat.
Sedangkan tiket masuk menuju ke lokasi Air terjun Kedung Pedut yaitu sebesar Rp6.000 per orang.
Untuk menuju ke lokasi wisata ini, bila dari arah Kota Yogyakarta Anda bisa melalu Jalan Godean menuju Kulonprogo.
Sesampainya Kulonprogo, anda akan melalui perempatan Kenteng. Dari situ Anda tinggal mengikuti jalan utama berkelok di perbukitan dan dengan papan penunjuk jalan, Anda dengan mudah akan sampai di lokasi wisata Kedung Pedut.

sumber: tribunnews

Senin, 01 Mei 2017

Amanat Sang Raja, Kontribusi Jogja, dan Berdirinya Republik Indonesia


Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah pertama di Negara Kesatuan Republik Indonesia pascaproklamasi kemerdekaan pada 1945, setelah Sri Sultan Hamenku Buwono IX yang berkuasa di Keraton Yogyakarta saat itu menyatakan bergabung. Saat itu tidak ada satu kerajaan maupun negara-negara bentukan Belanda yang menyatakan bergabung dengan NKRI, sehingga Yogyakarta merupakan wilayah pertama di NKRI.
Menurut kerabat Keraton Yogyakarta Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo, ernyataan bergabungnya Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke dalam NKRI memiliki nilai strategis yang luar biasa, karena saat itu meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, namun kolonialis Belanda selalu menyatakan mana wilayahmu sebagai sebuah negara.

Jumat, 14 April 2017

Kode Pos Di Sleman Yogyakarta Lengkap

1. Kecamatan Berbah
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Berbah di Kota/Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta (DIY / Daerah Istimewa Yogyakarta / Jogjakarta) :
- Kelurahan/Desa Jogo Tirto (Kodepos : 55573)
- Kelurahan/Desa Kali Tirto (Kodepos : 55573)
- Kelurahan/Desa Sendang Tirto (Kodepos : 55573)
- Kelurahan/Desa Tegal Tirto (Kodepos : 55573)

2. Kecamatan Cangkringan
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Cangkringan di Kota/Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta (DIY / Daerah Istimewa Yogyakarta / Jogjakarta) :
- Kelurahan/Desa Argo Mulyo (Kodepos : 55583)
- Kelurahan/Desa Glagah Harjo (Kodepos : 55583)
- Kelurahan/Desa Kepuh Harjo (Kodepos : 55583)
- Kelurahan/Desa Umbul Harjo (Kodepos : 55583)
- Kelurahan/Desa Wukir Sari (Kodepos : 55583)

3. Kecamatan Depok
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Depok di Kota/Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta (DIY / Daerah Istimewa Yogyakarta / Jogjakarta) :
- Kelurahan/Desa Catur Tunggal (Kodepos : 55281)
- Kelurahan/Desa Maguwoharjo (Kodepos : 55282)
- Kelurahan/Desa Condong Catur (Kodepos : 55283)

4. Kecamatan Gamping
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Gamping di Kota/Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta (DIY / Daerah Istimewa Yogyakarta / Jogjakarta) :
- Kelurahan/Desa Trihanggo (Kodepos : 55291)
- Kelurahan/Desa Banyuraden (Kodepos : 55293)
- Kelurahan/Desa Ambarketawang (Kodepos : 55294)
- Kelurahan/Desa Balecatur (Kodepos : 55295)
- Kelurahan/Desa Nogotirto (Kodepos : 55592)

Sabtu, 08 April 2017

Disertasi B.J. Habibie



Hampir 50 tahun silam, seorang pemuda dari Pare-Pare, Sulawesi Selatan, mempertahankan sebuah disertasi doktoral (S3) di RWTH Aachen, sebuah perguruan tinggi teknik terkemuka di Jerman Barat. Hari ini, hampir semua orang Indonesia mengenal nama pemuda ini. Prof. Dr.-Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau akrab disebut Pak Habibie, atau Habibie saja.

Karirnya meroket sejak kepulangannya ke tanah air pada 1974. Pada 1976, beliau diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, dan menjadi presiden RI menggantikan Suharto pada 1998. Sejak akhir 70an, di bawah arahannya, Indonesia memulai program-program sains dan teknologi secara sistematis. Keahliannya mendesain pesawat terbang yang diperoleh dari pengalamannya bekerja di pabrik pesawat Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) mendorongnya untuk mendirikan PT. Nurtanio, yang bertransformasi menjadi PT IPTN dan kini PT Dirgantara Indonesia. Tidak hanya itu, berbagai industri strategis yang jamak dimiliki negara Barat (maju) dibangun di Indonesia. Pusat-pusat riset dibuka di mana-mana. "Penguasaan teknologi" adalah terminologi kunci. Bahkan bagi negara yang agraris, dengan masyarakat yang kata majalah National Geographic memijakkan kedua kakinya di dua dunia yang terpisah secara diametral. Kaki kanan di dunia modern, kaki kiri di dunia tradisional. Istilahnya singkat: Two worlds. Time apart. Oleh sebab itu, meskipun ramai yang mendukungnya (terutama Presiden Suharto sendiri ketika itu), ramai pula yang mengkritiknya (karena lompatan teknologi yang terlalu tiba-tiba).

Tapi semua itu tidak lahir secara tiba-tiba. Habibie adalah satu dari belasan atau puluhan pemuda yang dikirim Sukarno ke Eropa untuk mempelajari teknologi. Ada tiga gelombang: Gelombang I ke Belanda (1951-1954); Gelombang II ke Jerman Barat (1954-1958); Gelombang III ke Cekoslowakia dan Uni Soviet (1958-1962). Habibie masuk Gelombang ke II. Sebagian besar pemuda itu lulus dan kembali ke tanah air. Sebagian lainnya tidak dapat pulang karena alasan politik, sehingga menetap di negara tempatnya belajar (misalnya Uni Soviet).

Sabtu, 01 April 2017

Begini Kisah di Balik Upacara Bekakak Yogyakarta


Ketakutan masyarakat Indonesia terhadap kekuatan alam sekaligus kecintaan pada budaya spiritual, diakui atau tidak, ikut menumbuh suburkan berbagai tradisi yang tetap terpelihara hingga kini. Upacara adat menjadi salah satu buktinya.
Diantara sekian banyak upacara adat yang digelar di pelosok negeri, ada Saparan Bekakak yang menarik untuk diikuti. Rutin dihelat tiap tahun oleh masyarakat Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, tradisi ini merupakan wujud persembahan sebagai bentuk tolak bala.
Disebut Saparan karena upacara ini diselenggarakan pada bulan Sapar (Syafar), bulan kedua dalam kalender Hijaiyah. Sedangkan, Bekakak sendiri berarti korban penyembelihan yang berwujud hewan atau manusia.
Namun, manusia yang dimaksud dalam upacara ini adalah tiruan yang berwujud sepasang boneka pengantin dengan posisi duduk bersila, terbuat dari ketan berisi cairan sirup gula merah.

Jumat, 03 Februari 2017

Hanacaraka dan Makna Bijak di Baliknya


Di kehidupan kita yang sudah sangat modern ini mungkin kita hanya menyadari satu jenis aksara, yakni aksara Latin. Namun, perlu diingat kalau Indonesia sebenarnya juga punya jenis aksara khas yang berjumlah 12 aksara, yakni aksara Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis/Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci/Rencong. Salah satu yang paling kita kenal adalah aksara Jawa.

Menurut perjalanan sejarahnya, aksara Jawa dan beberapa aksara nusantara lainnya sebenarnya merupakan turunan dari aksara Pallawa yang digunakan sekitar abad ke-4 Masehi. Lalu seiring perkembangan zaman pula, aksara Hanacaraka mengalami beragam perubahan bentuk dan komposisi hingga seperti yang kita kenal sampai saat ini.

Aksara Jawa yang sering disebut dengan "Hanacaraka" merupakan aksara jenis abugida turunan dari aksara Brahmi. Dari segi bentuknya, aksara "Hanacaraka" punya kemiripan dengan aksara Sunda dan Bali. Untuk aksara Jawa sendiri merupakan varian modern dari aksara Kawi, salah satu aksara Brahmi hasil perkembangan aksara Pallawa yang berkembang di Jawa.

Jumat, 27 Januari 2017

Media Tanam Pohon Tin

Ada banyak sekali macam media tanam yang bisa digunakan. Khusus dalam tulisan ini akan dibahas untuk tabulampot, bisa ditanam di pot maupun polybag. Meskippun ada banyak sekali jenis media tanam, satu syarat mutlak untuk menanam pohon tin adalah poros. Salah satu yang bisa digunakan yaitu: campuran antara sekam mentah, sekam bakar dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Akan lebih bagus lagi dicampur dengan EM4 dan cairan gula untuk mempercepat proses pengolahan nutrisi bagi tanaman.

1. Campur sekam mentah, sekam bakar dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1
2. Tuangkan campuran EM4 dan larutan gula
3. Masukkan ke dalam karung, taruh di tempat teduh selama kurang lebih 1 bulan.
4. Siap digunakan. 

Sabtu, 05 November 2016

Antara Tin, Loa Dan Awar - Awar

Awar - Awar
Awar-awar (Ficus septica) adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat beringin, anggota suku Moraceae. Perdu atau pohon kecil ini biasa ditemukan di hutan semak atau di tempat-tempat yang meliar, di seluruh wilayah Malesia kecuali Semenanjung Malaya; getahnya yang terkandung pada akar, ranting, daun dan buahnya dimanfaatkan untuk mengobati keracunan dan sakit pencernaan. Nama-nama daerahnya, di antaranya, awar-awar (Jw.Bl.); bar-abar (Md.); ki ciyat (Sd.); sirih popar (Amb.); dausalo (Bug.); tobo-tobo (Mak.); tagalolo (Minh.Ternate); bobulutu (Gal.)


Pohon atau perdu, tegak, biasanya tinggi 1-5 m walaupun di hutan bisa hingga 25 m. Ranting-ranting bulat torak, berongga, gundul. Bila dilukai, mengeluarkan getah kuning muda atau hampir tak berwarna.
Daun penumpu sepasang, besar, runcing. Daun-daun berseling atau berhadapan, dengan tangkai sepanjang 2,5-5 cm. Helaian daun besar, jorong bundar telur, 9-30 × 9–16 cm, pangkalnya membulat dan ujungnya menyempit tumpul, bertepi rata, sisi atas berwarna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna pucat keputih-putihan, dengan 6-12 tulang daun sekunder, sisi bawah hijau muda. Buah periuk berpasangan, tunggal, atau mengelompok hingga 4 butir, bertangkai pendek, pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, garis tengahnya lk. 1,5 cm.

Jumat, 04 November 2016

About Common Fig

Ficus carica is an Asian species of flowering plants in the mulberry family, known as the common fig (or just the fig). It is the source of the fruit also called the fig, and as such is an important crop in those areas where it is grown commercially. Native to the Middle East and western Asia, it has been sought out and cultivated since ancient times, and is now widely grown throughout the world, both for its fruit and as an ornamental plant.[3][4] The species has become naturalized in scattered locations in Asia and North America.

Description
Ficus carica is a gynodioecious (functionally dioecious),[7] deciduous tree or large shrub, growing to a height of 7–10 metres (23–33 ft), with smooth white bark. Its fragrant leaves are 12–25 centimetres (4.7–9.8 in) long and 10–18 centimetres (3.9–7.1 in) across, and deeply lobed with three or five lobes. The complex inflorescence consists of a hollow fleshy structure called the syconium, which is lined with numerous unisexual flowers. The flowers themselves are not visible from outside the syconium, as they bloom inside the infructescence. Although commonly referred to as a fruit, the fig is actually the infructescence or scion of the tree, known as a false fruit or multiple fruit, in which the flowers and seeds are borne. It is a hollow-ended stem containing many flowers. The small orifice (ostiole) visible on the middle of the fruit is a narrow passage, which allows the specialized fig wasp Blastophaga psenes to enter the fruit and pollinate the flower, whereafter the fruit grows seeds. See Ficus: Fig fruit and reproduction system.
The edible fruit consists of the mature syconium containing numerous one-seeded fruits (druplets).[7] The fruit is 3–5 centimetres (1.2–2.0 in) long, with a green skin, sometimes ripening towards purple or brown. Ficus carica has milky sap (laticifer). The sap of the fig's green parts is an irritant to human skin.

Pengenalan Buah Tin


Tin atau Ara (Ficus carica L.) adalah sejenis tumbuhan penghasil buah-buahan yang dapat dimakan yang berasal dari Asia Barat. Buahnya bernama sama. Nama "Tin" diambil dari bahasa Arab, juga dikenal dengan nama "Ara" (buah ara / pohon ara) sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fig (common fig; "pohon ara umum"), sebenarnya masih termasuk kerabat pohon beringin dari dari genus yang sama, yaitu Ficus.
Tumbuh di daerah Asia Barat, mulai dari pantai Balkan hingga Afganistan. Sekarang dibudidayakan pula di Australia, Cile, Argentina, serta Amerika Serikat.
Habitus berupa pohon, besar dan dapat tumbuh hingga 10m dengan batang lunak berwarna abu-abu. Daunnya cukup besar dan berlekuk dalam, 3 atau 5 cuping.
Bunga tin tidak tampak karena terlindung oleh dasar bunga yang menutup sehingga dikira buah. Penyerbukan dilakukan oleh sejenis tawon khusus, sama seperti serangga yang menyerbuki jenis-jenis Ficus lainnya.
Yang disebut buah sebetulnya adalah dasar bunga yang membentuk bulatan. Tipe ini khas untuk semua anggota suku ara-araan (Moraceae). Buahnya berukuran panjang tiga hingga 5 cm, berwarna hijau. Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika masak. Getah yang dikeluarkan pohon ini dapat mengiritasi kulit.