Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya menilai suhu dingin yang melanda Amerika Serikat (AS) ikut mempengaruhi cuaca di dunia termasuk Indonesia dan Yogyakarta.
Agus menilai kondisi di AS tersebut menyebabkan pola angin berubah sehingga suhunya semakin dingin dan mengubah pola cuaca di dunia. Misalnya cuaca di Australia lebih panas dibandingkan sebelumnya dan berdampak ke Yogyakarta berubahnya jadwal/pola hujan dari siklus alamiahnya. Kondisi tersebut akibat pemanasan global dan industrialisasi di negara maju.
“Jarak antara Indonesia dengan AS termasuk eropa memang jauh, tapi saling mempengaruhi secara global. Indonesia beruntung berada di khatulistiwa sehingga masih sering mendapat sinar matahari. Tapi, ini hanya gangguan jangka pendek dan dalam waktu 1-2 minggu mendatang kembali normal mengikuti siklus alamiahnya,” kata Tony saat dikonfirmasi KRjogja.com, Jumat (10/1/2014) malam.
Tony menjelaskan bagi Indonesia, terutama Yogyakarta gangguan cuaca jangka pendek ini memicu badai tropis di Australia. Imbasnya terjadi angin barat di Laut Selatan Jawa dengan kecepatan 40 km/jam sehingga memicu gelombang setinggi 3 meter.
“Kalau nelayan di Jawa sudah hapal siklus ini. Tapi, wisatawan diminta waspada potensi gelombang tinggi ini dan mematuhi peringatan para petugas pantai. Badai tropis ini bisa memicu curah hujan semakin lebat bila gangguan jangka pendek sudah menghilang,” ungkapnya.
Agus menambahkan secara umum wilayah Jawa saat ini memasuki musim hujan dengan puncaknya bakal terjadi pada akhir Januari atau awal Februari 2014. Karena itu, masyarakat diminta waspada dan mengantisipasi potensi bencana dimusim penghujan ini.
via krjogja.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar