Kamis, 19 September 2013

Suasana Pabrik Mainan Di China

Setiap hari para buruh harus tiba di tempat kerja 15 menit sebelum aktivitas kerja dimulai.

Kondisi kehidupan mereka seperti di penjara, setiap asrama sempit dan kecil berisi enam orang. Rata - rata satu kamar kandi digunakan untuk berbagi dengan 50 orang.


Proses kegiatan produksi mainan di garis depan.

Banyak pekerja pabrik bahkan tidak diharuskan untuk memakai peralatan keselamatan, termasuk mereka yang menghabiskan banyak waktu dengan mesin semprot pewarna mainan.


Banyak wanita dipaksa untuk mengirimkan anak - anak mereka untuk hidup dengan keluarganya di pedesaan.


Sebagian besar buruh wanita yang telah dipecat tidak memiliki kemampuan untuk membuat usaha sendiri untuk biaya kelangsungan hidupnya setelah itu.


Mereka harus menghadapi kondisi kerja yang buruk seperti lembur yang berlebihan dan bersifat memaksa, namun mereka tidak mendapatkan asuransi keamanan atau kontrak kerja.


Mereka memperoleh waktu istirahat selama 30 menit yang biasanya digunakan untuk makan. Mereka tidak dibayar untuk waktu istirahat yang diberikan.


Pada usia 30 tahun, para pekerja wanita dianggap sudah terlalu tua dan dipecat begitu saja.


Para buruh bekerja dengan waktu yang lama, selama 6 sampai 7 hari dalam seminggu.


Pekerja perempuan jarang mendapatkan cuti hamil dan dengan jam kerja yang ekstrim bahkan mereka tidak mendapatkan fasilitas penitipan anak sehingga membuat mereka tidak dapat mengurus anak - anaknya.


Pekerjaan lembur hingga 200 jam per bulan, itu merupakan lima kali lipat dari batas legal yang telah ditetapkan.


Produksi mainan melibatkan kontak langsung dengan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja.


Sebagian besar buruh wanita yang telah dipecat tidak memiliki kemampuan untuk membuat usaha sendiri untuk biaya kelangsungan hidupnya setelah itu.


Setelah jam kerja usai, para buruh masih harus mendapatkan tugas tambahan 15 menit untuk merakit mainan - mainan yang diproduksi.

(mail dari seorang teman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar