Pecahnya konflik antara Israel dan Palestina pada Ramadan ini menambah daftar panjang konflik yang memakan ratusan korban jiwa di Gaza, Palestina. Israel dengan dalih operasi jaga perbatasan melakukan serangan-serangan brutal yang memakan korban sipil, termasuk perempuan, anakanak, hingga kaum difabel.
Meski begitu, masih saja ada kalangan yang menanggapi konflik ini dengan kacamata sinisme. Menganggap organisasi politik Hamas (Harakat Al Muqawwama Al Islamiyyah) pemicu konflik dengan melakukan penculikan terhadap tiga warga Israel meski belum ada bukti terkait keterlibatan Hamas. Terlepas dari konflik terbaru, dunia tidak seharusnya alpa dengan kondisi Palestina selama ini. Hingga detik ini Palestina masih terjajah di negeri sendiri. Masuknya Palestina sebagai negara peninjau di PBB pada 2012 tampaknya tak berpengaruh banyak terhadap kebijakan luar negeri Israel.
Tidak terhitung berapa perjanjian dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilanggar Israel, termasuk penggusuran paksa wilayah Palestina di Tepi Barat. Israel juga terbukti mencederai demokrasi tepat setelah terpilih organisasi politik Hamas pada pemilu 2006. Alihalih mengakui kemenangan Hamas, Israel malah memberlakukan blokade ekonomi terhadap Gaza pada 2007. *** Saya berkesempatan mengunjungi Gaza pada Oktober 2012. Situasi di Gaza saat itu memang memprihatinkan. Sepanjang perjalanan dari perbatasan Rafah menuju Gaza Utara beberapa bangunan hancur terbengkalai. Hanya satu dua mobil tua terlihat melintas.