Sabtu, 12 Juli 2014

Batu Bata Ekspos, Lebih Mulus Makin Bagus


 

BATU bata sering dijadikan bahan untuk membuat dinding rumah. Selain menggunakan batu bata jenis biasa dapat juga batu bata ekspos. Batu bata biasa tampak kasar, sehingga dinding masih perlu diplester. Lain halnya dengan batu bata ekspos tampilannya lebih halus, tanpa diplester dinding rumah malah bisa tampil alami.

Perajin batu ekspos asal Sidoluhur, Godean, Sleman, Poniran, batu bata biasa sudah banyak dibuat warga dengan bahan utama cukup tanah. Lalu dalam perkembangannya muncul batu bata ekspos dengan bahan baku campuran tanah liat dan tanah wadas (lapisan tanah bagian bawah).  

“Saya biasa menyampurkan tiga colt tanah wadas dengan satu truk tanah liat. Campuran ini rata-rata bisa menjadi 5.000 batu bata ekspos,” jelas Poniran, salah seorang pengrajin batu bata, Senin (7/7/2014).


Bahan baku tanah liat, ungkapnya, banyak diperoleh dari kawasan Kulonprogo. Harga tanah liat sudah mencapai Rp 350.000/truk dan tanah wadas Rp 160.000/colt. Bahan-bahan ini dicampur rata menggunakan mesin penggiling. Sewa mesin penggiling sekaligus dengan tim penggiling rata-rata Rp 100.000 dengan campuran bahan seperti di atas. Setelah digiling menjadi wujud kotak-kotak masih kasar lalu dicetak sehingga bisa menjadi rata, rapi dan halus, namun masih mentah. Selanjutnya diangin-anginkan dan dikeringkan. 

Batu bata ekspos masih mentah lalu dibakar pada tungku khusus dengan bahan bakar kayu bakar. Tungku yang ada di tempatnya dapat memuat sampai 5.000 batu bata ekspos. Waktu pembakaran sampai batu bata bisa matang sekitar 15 jam. Proses pembakaran diserahkan tenaga yang biasa menangani pembakaran batu bata maupun genteng. “Biasanya cukup dua orang saja tenaga pembakaran. Upah rata-rata Rp 200.000 untuk dua orang sampai batu bata ekspos bisa matang,” imbuh Poniran.   


Adapun harga batu bata ekspos matang sudah diantar sampai ke tempat pemesan, sekarang ini Rp 1.300.000 perseribu biji. Pemasaran atau promosi produk ini, menurutnya, mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Dia pun bisa rutin mendapat pesanan dari konsumen. Artinya produk seperti ini tetap dibutuhkan masyarakat, sebab memang punya banyak keunggulan dibanding batu bata biasa. Ada juga juragan besar yang bersedia menampungnya, tapi ia lebih memilih menjual langsung ke konsumen, sebab harga jualnya bisa lebih maksimal.



#sumber krjogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar