Jumat, 11 April 2014

Mitos-Mitos Seputar Kraton Yogyakarta

Dibangun sejak 1756, Kraton menjadi pusat sekaligus ‘ruh’ warga Yogyakarta. Namun selain sejarah, Kraton tak lepas dari mitos yang mengelilinginya. Mitos paling terkenal tentu saja adalah beringin kembar.
Beringin kembar ini terletak di Alun-alun Selatan komplek Kraton. Anda akan menemukan Plengkung Gading, yakni gerbang masuk Alun-alun yang berupa tanah lapang. Sesuai namanya, beringin kembar adalah 2 pohon beringin besar yang berdiri berdampingan.
Mitos di yang beredar di masyarakat, Anda yang berhasil melewati beringin kembar dengan mata tertutup berarti hatinya bersih dan lapang. Namun rupanya, tradisi yang disebut Masangin itu sudah ada sejak zaman Kesultanan Yogyakarta masih berjaya.

Masangin biasa dilakukan tiap malam 1 suro, saat ritual Topo Bisu dilakukan. Pada masa itu, para prajurit dan abdi dalem mengelilingi benteng dan tidak boleh mengucap 1 kata pun. Berbaris rapi mengenakan pakaian lengkap adat Jawa, mereka berjalan dari halaman Kraton menuju pelataran alun-alun. Melewati kedua pohon beringin tersebut.
Hal itu diyakini untuk mengalap berkah dan meminta perlindungan dari banyaknya serangan musuh. Dari situlah mitos mulai berkembang. Kalau bisa melintasi dua pohon beringin kembar itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita akan dikabulkan.
Mitos lain yang tak kalah menarik adalah ngerayah gunungan, tradisi yang dilakukan saat ritual Grebeg Mulud. Grebeg Mulud adalah tradisi yang merupakan puncak rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Tiap Grebeg Maulud dilakukan, ada 7 gunungan besar diarak keliling Kraton. Gunungan itu berisi rangkaian buah serta hasil panen lainnya. 
Nah, ‘ngerayah’ berarti berebut untuk mengambil barang-barang yang ada di gunungan karena semua gunungan itu dianggap membawa berkah.
Grebeg Maulud diawali dari pagelaran di Kraton Yogyakarta. Dikawal oleh 12 prajurit Kraton, 7 gunungan tersebut diarak dan dibagi ke 3 lokasi yaitu Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Tradisi ini menjadi daya tarik wisatawan, selalu penuh sesak!
Mitos terakhir yang tak kalah seru, bahkan mengundang tanda tanya, adalah hubungan Sultan Hamengkubuwono dengan penguasa Pantai Selatan yakni Kanjeng Ratu Kidul. Konon, para Raja Jawa bisa berkomunikasi dengan Ratu Kidul dengan tidak kasat mata, untuk memperoleh keselamatan serta ketentraman.
Oleh karena itulah konon dibuat komplek Taman Sari, yang artinya ‘istana bawah air’. Komplek yang terletak di sebelah barat Kraton Yogyakarta ini mitosnya dibuat sebagai tempat pertemuan para Sultan dengan Ratu Kidul.
Percaya tidak percaya, itulah beberapa mitos yang beredar di sekitar Kraton Yogyakarta Hadiningrat. Boleh percaya, boleh juga tidak. Namun tak ada salahnya menyambangi Kraton ini di Jl Rotowijayan No 1, Yogyakarta.
Kraton buka tiap Senin-Minggu pukul 08.00-14.00 WIB, serta Jumat pukul 08.00-12.00 WIB. Anda juga bisa menikmati kesenian tradisional setiap hari di Bangsal Manganti.

*sumber jogja.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar